Kamu pernah dengar nama-nama beken
dan keren kayak Imam Syafi’i, Ibnu Abbas, Umar bin Abdul Aziz, Ali bin Abi
Thalib; Sufyan ats-Tsauriy; Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Ibnu Sina, al-Khawarizmi
dan ratusan bahkan ribuan nama-nama generasi emas yang dilahirkan Islam? Atau
jangan-jangan nama-nama ini kalah sama idola kamu saat ini: Pasha, Bams, Tompi,
Luna Maya, Titi Kamal, dan Omaswati? Hehehe.. maaf-maaf aja, kalo kamu lebih
kenal deretan nama yang kedua, berarti sungguh sangat memprihatinkan. Why?
Yup, sebab deretan nama-nama yang
disebut pertama adalah nama-nama ulama dan ilmuwan Islam dari generasi sahabat,
tabiin, tabiut tabiin, dan salafus shalih Sementara nama-nama di deretan kedua
adalah seleb di dunia hiburan saat ini. Jelas beda dong kelas dan kualitasnya.
Oke. Back to laptop, eh, back
to tema. Iya, seenggaknya kita bisa merenung dengan deretan nama ulama dan
ilmuwan Islam tersebut. Betapa hebatnya Islam memoles manusia biasa menjadi
yang luar biasa. Manusia yang sederhana menjadi manusia istimewa. Oya tentu, di
atas nama-nama itu, Muhammad Rasulullah saw. adalah orang yang paling keren dan
beken dalam sejarah panjang peradaban Islam dan peradaban manusia.
Sobat, kamu pasti pada penasaran
dong kenapa mereka bisa sampe “dahsyat” dan “luar biasa”, iya kan? Hmm.. mari
kita temukan jawabannya dalam tulisan ini. Kita akan eksplor beberapa nama yang
bisa mewakili betapa hebatnya Islam dalam mendidik dan mengarahkan manusia
menjadi lebih mulia. Nggak kayak sekarang, dalam kehidupan masyarakat yang
dinaungi kapitalisme-sekularisme, tumbuh banyak generasi ‘sampah’ ketimbang
generasi emasnya. Menyedihkan banget!
Oya, itung-itung ‘memperingati’
Hardiknas yang jatuh pada 2 Mei (nah, pas tulisan ini dibuat memang tepat
tanggal 2 Mei 2007), maka STUDIA juga bahas tentang pendidikan. Tapi, STUDIA
ingin fokus bahas tentang generasi gemilang yang berhasil dihasilkan peradaban
Islam. Generasi yang dididik oleh keluarga yang hebat, dididik oleh masyarakat
yang peduli, dan dibina negara yang bertanggung jawab. Sebab, jujur aja bahwa
keluarga dan masyarakat yang hebat seperti ketika Islam digdaya itu adalah
hasil dari pemerintahan yang menerapkan Islam sebagai ideologi negara. Sudah
terbukti kok. Sumpah!
Lahir dari
keluarga hebat
Ibnu Qayyim al-Jauziyah pernah menyampaikan bahwa, “Bila terlihat kerusakan pada diri anak-anak, mayoritas penyebabnya adalah bersumber dari orangtuanya.” Nah, lho. Benar firman Allah Swt. yang tercantum dalam al-Quran agar kita waspada dengan anak-keturunan kita dan diwajibkan untuk menjaga diri kita dan diri mereka dari siksa api neraka:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (QS at-Tahrim [66]: 6)
Ibnu Qayyim al-Jauziyah pernah menyampaikan bahwa, “Bila terlihat kerusakan pada diri anak-anak, mayoritas penyebabnya adalah bersumber dari orangtuanya.” Nah, lho. Benar firman Allah Swt. yang tercantum dalam al-Quran agar kita waspada dengan anak-keturunan kita dan diwajibkan untuk menjaga diri kita dan diri mereka dari siksa api neraka:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (QS at-Tahrim [66]: 6)
Sabda Rasul saw.: “Setiap anak
dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orangtuanyalah yang menjadikannya
nasrani, yahudi atau majusi. (HR Bukhari)
Bro, untuk bisa dapetin keluarga yang hebat dalam mendidik anak, hebat dalam kualitas keimanannya kepada Allah Swt., tentunya kita sendiri wajib menjadi baik berdasarkan tuntutan dan tuntunan ajaran Islam yang benar pula. Kita dan calon pasangan hidup kita kudu baik dua-duanya. Sebab, tentu bagai pungguk merindukan bulan berharap dapet keturunan yang berkualitas tapi kita sendiri sebagai ayahnya atau ibunya nggak taat total sama Allah Swt. dan RasulNya. Iya nggak sih? So, mari kita menjadi baik dan mencari pasangan yang baik pula suatu saat nanti.
Bro, untuk bisa dapetin keluarga yang hebat dalam mendidik anak, hebat dalam kualitas keimanannya kepada Allah Swt., tentunya kita sendiri wajib menjadi baik berdasarkan tuntutan dan tuntunan ajaran Islam yang benar pula. Kita dan calon pasangan hidup kita kudu baik dua-duanya. Sebab, tentu bagai pungguk merindukan bulan berharap dapet keturunan yang berkualitas tapi kita sendiri sebagai ayahnya atau ibunya nggak taat total sama Allah Swt. dan RasulNya. Iya nggak sih? So, mari kita menjadi baik dan mencari pasangan yang baik pula suatu saat nanti.
Ini mutlak dipenuhi. Sebab, hanya
dari keluarga hebat yang menanamkan nilai-nilai Islam kepada anak-anaknya yang
akan melahirkan generasi gemilang super keren. Kamu pernah tahu Zubair bin
Awam? Ia adalah salah seorang dari pasukan berkudanya Rasulullah saw. yang
dinyatakan oleh Umar ibnul Khaththab, “Satu orang Zubair menandingi seribu orang
laki-laki.” Ia seorang pemuda yang kokoh akidahnya, terpuji akhlaknya, tumbuh
di bawah binaan ibunya, Shafiyah binti Abdul Muthalib, yakni bibinya Rasulullah
atau saudara perempuannya Hamzah ra (pamannya Nabi). Wuih, pantes aja keren!
Ali bin Abi Thalib juga nggak
kalah keren. Sejak kecil hidup bersama Rasulullah saw. (bahkan masuk Islam pada
usia 8 tahun), beliau adalah pemuda teladan bagi pemuda seusianya. Beliau
dibina langsung oleh ibunya, yakni Fathimah binti Asad dan yang menjadi
mertuanya, Khadijah binti Khuwailid ra. Waduh, jaminan mutu dah!
Begitu pula dengan Abdullah bin Ja’far, seorang bangsawan yang terkenal kebaikannya. Beliau dididik langsung oleh ibunya yang bernama Asma binti Umais.
Begitu pula dengan Abdullah bin Ja’far, seorang bangsawan yang terkenal kebaikannya. Beliau dididik langsung oleh ibunya yang bernama Asma binti Umais.
Sobat, tiga nama ini tentu menjadi
bukti bahwa bakalan lahir generasi hebat dan gemilang jika keluarganya juga
hebat. Tentu keluarga seperti ini pasti udah menyiapkan generasi penerusnya
agar lebih baik dari mereka. Nggak main-main, gitu lho.
Kalo kamu belum puas dengan tiga
nama tadi, Islam masih memiliki Umar ibnu Abdul Aziz. Beliau pernah menangis
sedih ketika usianya masih sangat kecil. Ibunya bertanya kenapa Umar menangis?
Beliau menjawab, “Aku ingat mati, Bu!” Saat itu, beliau sudah hapal al-Quran.
Mendengar jawaban sang buah hati, ibunya pun menangis terharu. Duh, pantes aja
udah dewasanya beliau menjadi Khalifah (kepala negara pemerintahan Islam).
Subhanallah!
Boys, berkat didikan dan pembinaan
ibunya yang shalihah, Sufyan ats-Tsauriy tumbuh menjadi ulama besar dalam
bidang hadist. Saat ia masih kecil ibunya berkata padanya, “Carilah ilmu, aku
akan memenuhi kebutuhanmu dengan hasil tenunanku.” Wuih, berbahagialah memiliki
ibu yang bisa memotivasi kita untuk menjadi lebih baik. Benar-benar udah
disiapkan dengan matang. Semoga kita juga bisa seperti beliau-beliau ya. Amin.
Sekarang belum terlambat kok untuk berbenah. Insya Allah.
Girl, sosok ayah juga kerap mampu memberikan warna
bagi anak-anaknya. Kalo baik dalam mendidik anaknya, insya Allah akan
melahirkan generasi yang super keren. Salah satunya adalah ulama penulis tafsir
Fizilalil Quran, yakni Syaikh Sayyid Quthb. Beliau menyampaikan
testimoni untuk ayahnya, “Semasa kecilku, ayah tanamkan ketakwaan kepada Allah
Swt. dan rasa takut akan hari akhirat. Engkau tak pernah memarahiku, namun
kehidupan sehari-harimu telah menjadi teladanku, bagaimana prilaku orang yang
ingat akan hari akhir.”
Duh, keluarga yang hebat. Maka,
wajar pasti akan lahir generasi gemilang hasil pendidikan keluarga yang keren
seperti itu. Pantas saja Imam Syafi’i udah bisa hapal al-Quran seluruhnya pada
usia 7 tahun dan menjadi qadhi (hakim) pada usia 17 tahun. Luar biasa dan super
genius!
Di bawah
lindungan negara
Sobat, generasi gemilang Islam juga bisa kian mengkilap setelah ‘diproduksi’ oleh pemerintahan yang menerapkan Islam sebagai ideologi negara. Untuk mencerdaskan kaum Muslimin dan rakyatnya secara umum, Khilafah Islamiyah menyediakan lembaga-lembanga keilmuan. Islam membangun ribuan al-Katatib, yakni wadah keilmuan untuk mempelajari al-Quran, menulis dan berhitung. Dibudayakan juga diskusi-diskusi keilmuan di masjid-masjid untuk melayani pertanyaan-pertanyaan dari masyarakat soal fikih, hadis, tafsir dan bahasa. Bahkan Muqri Rasy’an bin Nazhif ad-Dimasyqi mendirikan lembaga keilmuan Quran (untuk mempelajari al-Quran) pada tahun 400 H di Damaskus. Sementara khusus untuk hadis, didirikan oleh Nuruddin Mahmud bin Zanky, juga di Damaskus. Selain itu, madrasah (sekolah) dan Jami’ah (universitas) juga didirikan.
Sobat, generasi gemilang Islam juga bisa kian mengkilap setelah ‘diproduksi’ oleh pemerintahan yang menerapkan Islam sebagai ideologi negara. Untuk mencerdaskan kaum Muslimin dan rakyatnya secara umum, Khilafah Islamiyah menyediakan lembaga-lembanga keilmuan. Islam membangun ribuan al-Katatib, yakni wadah keilmuan untuk mempelajari al-Quran, menulis dan berhitung. Dibudayakan juga diskusi-diskusi keilmuan di masjid-masjid untuk melayani pertanyaan-pertanyaan dari masyarakat soal fikih, hadis, tafsir dan bahasa. Bahkan Muqri Rasy’an bin Nazhif ad-Dimasyqi mendirikan lembaga keilmuan Quran (untuk mempelajari al-Quran) pada tahun 400 H di Damaskus. Sementara khusus untuk hadis, didirikan oleh Nuruddin Mahmud bin Zanky, juga di Damaskus. Selain itu, madrasah (sekolah) dan Jami’ah (universitas) juga didirikan.
Al-Hakam bin Abdurrahman an-Nashir
telah mendirikan Universitas Cordova yang saat itu menampung (mahasiswa) dari
kaum muslimin maupun orang Barat. Selain itu dibangun pula Universitas
Mustanshirriyah di Baghdad. Sekadar tahu aja, universitas-universitas ini telah
mencetak para ilmuwan yang pengaruhnya mendunia hingga saat ini melalui
berbagai temuan-temuannya, seperti al-Khawarizmi, Ibnu al-Haisam, Ibnu Sina,
Jabir bin Hayan, dan lainnya (Muhammad Husein Abdullah, Studi Dasar-dasar
Pemikiran Islam, hlm. 158-159)
Hasil pendidikan dan penyediaan
fasilitas yang bagus ini paling nggak dalam sejarah tercatat beberapa
perkembangan ilmu pengetahuan dan penemuan oleh ilmuwan-ilmuwan Muslim.
Beberapa di antaranya: bidang kedokteran (kaum muslimin berhasil mengembangkan
teknik pembiusan untuk pertama kalinya dalam sejarah kedokteran dunia,
dikembangkan juga teknik operasi, pendirian rumah sakit dan obat-obatan).
Dalam ilmu kimia (di sini kaum
muslimin mengenalkan istilah alkali, menemukan amonia, teknik destilasi atau penyulingan,
penyaringan, dan sublimasi, memperkenalkan belerang dan asam nitrit,
mempopulerkan industri kaca dan kertas, serta penemuan lainnya). Dalam ilmu
tumbuh-tumbuhan (melakukan penelitian terhadap tumbuh-tumbuhan yang bisa
digunakan untuk pengobatan, bahkan mengklasifikasikan berbagai jenis tumbuhan).
Terus, dalam ilmu pengetahuan alam (penemuan
neraca, penemuan pendulum untuk jam dinding, ilmu optik, dan telah mampu
merumuskan perbedaan antara kecepatan cahaya dan kecepatan suara, termasuk kaum
muslimin berhasil menemukan teknologi kompas magnetis untuk mengetahui arah
mata angin); matematika (berhasil dikembangkan perhitungan desimal dan kwadrat,
juga menciptakan berbagai rumus)
Bro, kalo mo ditulis semua kayaknya
nggak bakalan cukup cuma di satu edisi buletin kesayangan kamu ini. Mungkin
perlu beberapa edisi. Tapi yang pasti, kita pun bisa menjadi generasi gemilang
seperti pendahulu kita tersebut. Insya Allah bisa dengan mencontoh model
pendidikan yang dikembangkan Islam.
Ya, sebab tujuan pendidikan dalam
Islam adalah (1) membentuk manusia agar memiliki kepribadian Islam, (2)
mengarahkan peserta didik agar bisa menguasai tsaqafah Islam, (3) menciptakan
manusia yang ngerti soal iptek, dan (4) Islam mendidik manusia agar memiliki
keterampilan yang memadai untuk pelengkap dalam kehidupannya.
So, tentunya dibutuhkan jaringan dan
kerjasama pembinaan yang mantap antara keluarga, sekolah, masyarakat, dan juga
negara. Semua komponen wajib serius dan penuh perhatian untuk menghasilkan
generasi gemilang. Jangan sampe beda arah dan salah mendidik, sehingga ketika
di rumah udah oke, eh, di sekolah nggak benar (atau sebaliknya) karena beda
cara dan kebijakan. Nggak banget!
Yuk, kalo emang benar meneladani Rasulullah saw.,
maka kita teladani juga cara beliau dalam mendidik manusia dengan Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar