Rasulullah SAW dan Pengemis Yahudi Buta
Di sudut pasar Madinah Al-Munawarah seorang pengemis Yahudi buta hari demi hari apabila ada orang yang mendekatinya ia selalu berkata "Wahai saudaraku jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya kalian akan dipengaruhinya". Setiap pagi Rasulullah SAW mendatanginya dengan membawa makanan, dan tanpa berkata sepatah kata pun Rasulullah SAW menyuapi makanan yang dibawanya kepada pengemis itu walaupun pengemis itu selalu berpesan agar tidak mendekati orang yang bernama Muhammad. Rasulullah SAW melakukannya hingga menjelang Beliau SAW wafat. Setelah kewafatan Rasulullah tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu.
Suatu hari Abubakar r.a berkunjung ke rumah anaknya Aisyah r.ha. Beliau bertanya kepada anaknya, "anakku adakah sunnah kekasihku yang belum aku kerjakan", Aisyah r.ha menjawab pertanyaan ayahnya, "Wahai ayah engkau adalah seorang ahli sunnah hampir tidak ada satu sunnah pun yang belum ayah lakukan kecuali satu sunnah saja". "Apakah Itu?", tanya Abubakar r.a. Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang berada di sana", kata Aisyah r.ha.
Ke esokan harinya Abubakar r.a. pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikannya kepada pengemis itu. Abubakar r.a mendatangi pengemis itu dan memberikan makanan itu kepada nya. Ketika Abubakar r.a. mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil berteriak, "siapakah kamu ?". Abubakar r.a menjawab, "aku orang yang biasa". "Bukan !, engkau bukan orang yang biasa mendatangiku", jawab si pengemis buta itu. Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut dengan mulutnya setelah itu ia berikan pada ku dengan mulutnya sendiri", pengemis itu melanjutkan perkataannya.
Abubakar r.a. tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, aku memang bukan orang yang biasa datang pada mu, aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW. Setelah pengemis itu mendengar cerita Abubakar r.a. ia pun menangis dan kemudian berkata, benarkah demikian?, selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia.... Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat dihadapan Abubakar r.a.
Rasulullah SAW dan Yahudi Pencuri
Seorang Yahudi mencuri di pasar, semua berusaha mengejar pencuri itu. Rasulullah SAW baru saja datang ke pasar, Beliau SAW melihat seorang Yahudi dikejar oleh banyak orang. Rasulullah SAW ikut mengejar Yahudi itu. Rasulullah berfikir apabila Yahudi ini tidak memiliki kalimah Laailaahaillallaah maka ia akan celaka dan sengsara selama-lamanya. Si Yahudi pencuri itu berlari sangat cepat semua orang tidak ada yang sanggup mengejarnya kecuali Rasulullah SAW. Pencuri itu terus lari dan Rasulullah SAW terus mengejarnya. Akhirnya pencuri itu kelelahan ia berhenti berlari. Rasulullah SAW pun mendapatkannya. Pencuri itu dengan tersengal-sengal bertanya kepada Rasulullah SAW, siapakah engkau?". Aku Rasulullah (SAW), engkau ucapkanlah Laailaahaillallaah pasti engkau akan mendapat kejayaan, jawab Rasulullah SAW. Pencuri itu berkata lagi, kalau engkau bukan seorang Nabi pasti engkau tidak akan dapat mengejarku, maka aku bersaksi di hadapanmu tiada tuhan selain Allah dan engkau adalah utusan-Nya.
Di sudut pasar Madinah Al-Munawarah seorang pengemis Yahudi buta hari demi hari apabila ada orang yang mendekatinya ia selalu berkata "Wahai saudaraku jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya kalian akan dipengaruhinya". Setiap pagi Rasulullah SAW mendatanginya dengan membawa makanan, dan tanpa berkata sepatah kata pun Rasulullah SAW menyuapi makanan yang dibawanya kepada pengemis itu walaupun pengemis itu selalu berpesan agar tidak mendekati orang yang bernama Muhammad. Rasulullah SAW melakukannya hingga menjelang Beliau SAW wafat. Setelah kewafatan Rasulullah tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu.
Suatu hari Abubakar r.a berkunjung ke rumah anaknya Aisyah r.ha. Beliau bertanya kepada anaknya, "anakku adakah sunnah kekasihku yang belum aku kerjakan", Aisyah r.ha menjawab pertanyaan ayahnya, "Wahai ayah engkau adalah seorang ahli sunnah hampir tidak ada satu sunnah pun yang belum ayah lakukan kecuali satu sunnah saja". "Apakah Itu?", tanya Abubakar r.a. Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang berada di sana", kata Aisyah r.ha.
Ke esokan harinya Abubakar r.a. pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikannya kepada pengemis itu. Abubakar r.a mendatangi pengemis itu dan memberikan makanan itu kepada nya. Ketika Abubakar r.a. mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil berteriak, "siapakah kamu ?". Abubakar r.a menjawab, "aku orang yang biasa". "Bukan !, engkau bukan orang yang biasa mendatangiku", jawab si pengemis buta itu. Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut dengan mulutnya setelah itu ia berikan pada ku dengan mulutnya sendiri", pengemis itu melanjutkan perkataannya.
Abubakar r.a. tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, aku memang bukan orang yang biasa datang pada mu, aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW. Setelah pengemis itu mendengar cerita Abubakar r.a. ia pun menangis dan kemudian berkata, benarkah demikian?, selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia.... Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat dihadapan Abubakar r.a.
Rasulullah SAW dan Yahudi Pencuri
Seorang Yahudi mencuri di pasar, semua berusaha mengejar pencuri itu. Rasulullah SAW baru saja datang ke pasar, Beliau SAW melihat seorang Yahudi dikejar oleh banyak orang. Rasulullah SAW ikut mengejar Yahudi itu. Rasulullah berfikir apabila Yahudi ini tidak memiliki kalimah Laailaahaillallaah maka ia akan celaka dan sengsara selama-lamanya. Si Yahudi pencuri itu berlari sangat cepat semua orang tidak ada yang sanggup mengejarnya kecuali Rasulullah SAW. Pencuri itu terus lari dan Rasulullah SAW terus mengejarnya. Akhirnya pencuri itu kelelahan ia berhenti berlari. Rasulullah SAW pun mendapatkannya. Pencuri itu dengan tersengal-sengal bertanya kepada Rasulullah SAW, siapakah engkau?". Aku Rasulullah (SAW), engkau ucapkanlah Laailaahaillallaah pasti engkau akan mendapat kejayaan, jawab Rasulullah SAW. Pencuri itu berkata lagi, kalau engkau bukan seorang Nabi pasti engkau tidak akan dapat mengejarku, maka aku bersaksi di hadapanmu tiada tuhan selain Allah dan engkau adalah utusan-Nya.
Rasulullah SAW dan uang 8 dirham
Suatu hari Rasulullah SAW bermaksud belanja. Dengan bekal uang 8 dirham, beliau hendak membeli pakaian dan peralatan rumah tangga. Belum juga sampai di pasar, beliau mendapati seorang wanita yang sedang menangis. Beliau sempatkan bertanya kenapa menangis. Apakah sedang ditimpa musibah ? Perempuan itu menyampaikan bahwa ia adalah seorang budak yang sedang kehilangan uang sebesar 2 dirham. Ia menangis sangat takut didera oleh majikannya. Dua dirham dikeluarkan dari saku Rasulullah untuk menghibur perempuan malang tersebut. Kini tinggal 6 dirham. Beliau bergegas membeli gamis, pakaian kesukaanya. Akan tetapi baru beberapa langkah dari pasar, seorang tua lagi miskin setengah teriak berkata, "Barang siapa yang memberiku pakaian, Allah akan mendandaninya kelak." Rasulullah memeriksa laki-laki tersebut. Pakaiannya lusuh, tak pantas lagi dipakai. Gamis yang baru dibelinya dilepas dan diberikan dengan sukarela kepadanya. Beliau tak jadi memakai baju baru.
Dengan langkah ringan beliau hendak segera pulang. Akan tetapi lagi-lagi beliau harus bersabar. Kali ini beliau menjumpai perempuan yang diberi dua dirham tersebut mengadukan persoalan, bahwa ia takut pulang. Ia khawatir akan dihukum oleh majikannya karena terlambat. Sebagai budak saat itu nilainya tidak lebih dari seekor binatang. Hukuman fisik sudah sangat lazim diterima. Rasulullah diutus di dunia untuk mengadakan pembelaan terhadap rakyat jelata. Dengan senang hati beliau antarkan perempuan tersebut ke rumah majikannya. Sesampainya di rumah, beliau ucapkan salam. Sekali, dua kali belum ada jawaban. Baru salam yang ketiga dijawab oleh penghuni rumah. Nampaknya semua penghuni rumah tersebut adalah perempuan. Ketika ditanya kenapa salam beliau tidak dijawab, pemilik rumah itu mengatakan sengaja melakukannya dengan maksud didoakan Rasulullah dengan salam tiga kali. Selanjutnya Rasulullah menyampaikan maksud kedatangannya. Beliau mengantar perempuan yang menjadi budak tersebut karena takut mendapat hukuman. Rasulullah kemudian menyampaikan, "Jika perempuan budak ini salah dan perlu dihukum, biarlah aku yang menerima hukumannya." Mendengar ucapan Rasulullah in penghuni rumah terkesima. Mereka merasa mendapat pelajaran yang sangat berharga dari baginda Rasulullah. Karena secara refleks mereka menyampaikan, "Budak belian ini merdeka karena Allah." Betapa bahagianya Rasulullah mendengar pernyataan itu. Beliau sangat bersyukur dengan uang 8 dirham mendapat keuntungan ribuan dirham, yakni harga budak itu sendiri. Beliau berkata, "Tiadalah aku melihat delapan dirham demikian besar berkatnya dari pada delapan dirham yang ini. Allah telah memberi ketenteraman bagi orang yang ketakutan, memberi pakaian orang yang telanjang, dan membebaskan seorang budak belian."
Akhirnya, rahmat dan kasih sayang, bantuan dan pertolongan kepada masyarakat bawah akan mendatangkan kesejahteraan dan kemajuan. Allah berfirman dalam sebuah hadits Qudsyi. "Bahwanya Allah menolong hanba-Nya, selama ia menolong saudaranya."
Kurma Madinah
Ketika Rasulullah SAW memerintahkan para sahabatnya untuk segera berangkat ke Tabuk menghadapi kaum kafir, mereka semua bersegera menyambutnya. Hanya beberapa orang sahabat yang tidak mengikuti peperangan tersebut, selain orang tua, para wanita dan anak-anak serta orang-orang munafik. Panen korma hampir tiba dan masa itu musim panas yang terik sedang melanda, sementara perbekalan dan persenjataan yang dimiliki sangat minim, akan tetapi Rasulullah SAW dan para sahabatnya r.ahum. tetap berangkat. Diwaktu itulah keimanan dan pengorbanan para sahabat diuji. Orang-orang munafik mulai menyebarkan desas-desus dan menghasut para sahabat r.ahum. agar tidak meninggalkan kebun kurma mereka dan tidak menyertai peperangan tersebut. Hasutan para munafiqin itu tidak hanya kepada para sahabat r.ahum. tetapi istri para sahabat r.huma. pun tidak luput dari hasutan mereka. Mereka para munafiqin itu berkata, "suami-suami kalian pergi ke Tabuk sementara kurma di kebun-kebun kalian sebentar lagi ranum, siapakah yang akan mengurusnya. Mereka meninggalkan kesempatan yang bagus ini dan pergi meninggalkannya begitu saja". Istri-istri para sahabat itu menjawab dengan keimanan mereka, "pencari rezeki telah pergi dan pemberi rezeki telah datang". Pada masa itu Rasulullah SAW dan para sahabat r.ahum. dengan pertolongan Allah SWT kembali dari peperangan dalam waktu yang sangat singkat. Allah SWT menjaga kebun-kebun kurma dan keluarga mereka. Tidak satupun buah kurma yang telah masak itu jatuh dari tangkainya, panen mereka berlipat ganda hasilnya dan walaupun demikian harga kurma Madinah saat itu mencapai harga tertinggi sehingga para sahabat r.ahum. tidak mendapatkan kerugian sedikit pun. Sampai saat ini kurma Madinah adalah yang paling digemari dan terkenal di mana-mana.
Suatu hari Rasulullah SAW bermaksud belanja. Dengan bekal uang 8 dirham, beliau hendak membeli pakaian dan peralatan rumah tangga. Belum juga sampai di pasar, beliau mendapati seorang wanita yang sedang menangis. Beliau sempatkan bertanya kenapa menangis. Apakah sedang ditimpa musibah ? Perempuan itu menyampaikan bahwa ia adalah seorang budak yang sedang kehilangan uang sebesar 2 dirham. Ia menangis sangat takut didera oleh majikannya. Dua dirham dikeluarkan dari saku Rasulullah untuk menghibur perempuan malang tersebut. Kini tinggal 6 dirham. Beliau bergegas membeli gamis, pakaian kesukaanya. Akan tetapi baru beberapa langkah dari pasar, seorang tua lagi miskin setengah teriak berkata, "Barang siapa yang memberiku pakaian, Allah akan mendandaninya kelak." Rasulullah memeriksa laki-laki tersebut. Pakaiannya lusuh, tak pantas lagi dipakai. Gamis yang baru dibelinya dilepas dan diberikan dengan sukarela kepadanya. Beliau tak jadi memakai baju baru.
Dengan langkah ringan beliau hendak segera pulang. Akan tetapi lagi-lagi beliau harus bersabar. Kali ini beliau menjumpai perempuan yang diberi dua dirham tersebut mengadukan persoalan, bahwa ia takut pulang. Ia khawatir akan dihukum oleh majikannya karena terlambat. Sebagai budak saat itu nilainya tidak lebih dari seekor binatang. Hukuman fisik sudah sangat lazim diterima. Rasulullah diutus di dunia untuk mengadakan pembelaan terhadap rakyat jelata. Dengan senang hati beliau antarkan perempuan tersebut ke rumah majikannya. Sesampainya di rumah, beliau ucapkan salam. Sekali, dua kali belum ada jawaban. Baru salam yang ketiga dijawab oleh penghuni rumah. Nampaknya semua penghuni rumah tersebut adalah perempuan. Ketika ditanya kenapa salam beliau tidak dijawab, pemilik rumah itu mengatakan sengaja melakukannya dengan maksud didoakan Rasulullah dengan salam tiga kali. Selanjutnya Rasulullah menyampaikan maksud kedatangannya. Beliau mengantar perempuan yang menjadi budak tersebut karena takut mendapat hukuman. Rasulullah kemudian menyampaikan, "Jika perempuan budak ini salah dan perlu dihukum, biarlah aku yang menerima hukumannya." Mendengar ucapan Rasulullah in penghuni rumah terkesima. Mereka merasa mendapat pelajaran yang sangat berharga dari baginda Rasulullah. Karena secara refleks mereka menyampaikan, "Budak belian ini merdeka karena Allah." Betapa bahagianya Rasulullah mendengar pernyataan itu. Beliau sangat bersyukur dengan uang 8 dirham mendapat keuntungan ribuan dirham, yakni harga budak itu sendiri. Beliau berkata, "Tiadalah aku melihat delapan dirham demikian besar berkatnya dari pada delapan dirham yang ini. Allah telah memberi ketenteraman bagi orang yang ketakutan, memberi pakaian orang yang telanjang, dan membebaskan seorang budak belian."
Akhirnya, rahmat dan kasih sayang, bantuan dan pertolongan kepada masyarakat bawah akan mendatangkan kesejahteraan dan kemajuan. Allah berfirman dalam sebuah hadits Qudsyi. "Bahwanya Allah menolong hanba-Nya, selama ia menolong saudaranya."
Kurma Madinah
Ketika Rasulullah SAW memerintahkan para sahabatnya untuk segera berangkat ke Tabuk menghadapi kaum kafir, mereka semua bersegera menyambutnya. Hanya beberapa orang sahabat yang tidak mengikuti peperangan tersebut, selain orang tua, para wanita dan anak-anak serta orang-orang munafik. Panen korma hampir tiba dan masa itu musim panas yang terik sedang melanda, sementara perbekalan dan persenjataan yang dimiliki sangat minim, akan tetapi Rasulullah SAW dan para sahabatnya r.ahum. tetap berangkat. Diwaktu itulah keimanan dan pengorbanan para sahabat diuji. Orang-orang munafik mulai menyebarkan desas-desus dan menghasut para sahabat r.ahum. agar tidak meninggalkan kebun kurma mereka dan tidak menyertai peperangan tersebut. Hasutan para munafiqin itu tidak hanya kepada para sahabat r.ahum. tetapi istri para sahabat r.huma. pun tidak luput dari hasutan mereka. Mereka para munafiqin itu berkata, "suami-suami kalian pergi ke Tabuk sementara kurma di kebun-kebun kalian sebentar lagi ranum, siapakah yang akan mengurusnya. Mereka meninggalkan kesempatan yang bagus ini dan pergi meninggalkannya begitu saja". Istri-istri para sahabat itu menjawab dengan keimanan mereka, "pencari rezeki telah pergi dan pemberi rezeki telah datang". Pada masa itu Rasulullah SAW dan para sahabat r.ahum. dengan pertolongan Allah SWT kembali dari peperangan dalam waktu yang sangat singkat. Allah SWT menjaga kebun-kebun kurma dan keluarga mereka. Tidak satupun buah kurma yang telah masak itu jatuh dari tangkainya, panen mereka berlipat ganda hasilnya dan walaupun demikian harga kurma Madinah saat itu mencapai harga tertinggi sehingga para sahabat r.ahum. tidak mendapatkan kerugian sedikit pun. Sampai saat ini kurma Madinah adalah yang paling digemari dan terkenal di mana-mana.
Jibril AS, Kerbau, Kelelawar, dan Cacing
Suatu hari Allah SWT memerintahkan malaikat Jibri AS untuk pergi menemui salah satu makhluk-Nya yaitu kerbau dan menanyakan pada si kerbau apakah dia senang telah diciptakan Allah SWT sebagai seekor kerbau. Malaikat Jibril AS segera pergi menemui si Kerbau.
Di siang yang panas itu si kerbau sedang berendam di sungai. Malaikat Jibril AS mendatanginya kemudian mulai bertanya kepada si kerbau, "hai kerbau apakah kamu senang telah dijadikan oleh Allah SWT sebagai seekor kerbau". Si kerbau menjawab, "Masya Allah, alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah SWT yang telah menjadikan aku sebagai seekor kerbau, dari pada aku dijadikan-Nya sebagai seekor kelelawar yang ia mandi dengan kencingnya sendiri". Mendengar jawaban itu Malaikat Jibril AS segera pergi menemui seekor kelelawar.
Suatu hari Allah SWT memerintahkan malaikat Jibri AS untuk pergi menemui salah satu makhluk-Nya yaitu kerbau dan menanyakan pada si kerbau apakah dia senang telah diciptakan Allah SWT sebagai seekor kerbau. Malaikat Jibril AS segera pergi menemui si Kerbau.
Di siang yang panas itu si kerbau sedang berendam di sungai. Malaikat Jibril AS mendatanginya kemudian mulai bertanya kepada si kerbau, "hai kerbau apakah kamu senang telah dijadikan oleh Allah SWT sebagai seekor kerbau". Si kerbau menjawab, "Masya Allah, alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah SWT yang telah menjadikan aku sebagai seekor kerbau, dari pada aku dijadikan-Nya sebagai seekor kelelawar yang ia mandi dengan kencingnya sendiri". Mendengar jawaban itu Malaikat Jibril AS segera pergi menemui seekor kelelawar.
Malaikat Jibril AS mendatanginya seekor kelelawar yang
siang itu sedang tidur bergantungan di dalam sebuah goa. Kemudian mulai
bertanya kepada si kelelawar, "hai kelelawar apakah kamu senang telah
dijadikan oleh Allah SWT sebagai seekor kelelawar". "Masya Allah,
alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah SWT yang telah menjadikan aku sebagai
seekor kelelawar dari pada aku dijadikan-Nya seekor cacing. Tubuhnya kecil,
tinggal di dalam tanah, berjalannya saja menggunakan perutnya", jawab si
kelelawar. Mendengar jawaban itu pun Malaikat Jibril AS segera pergi menemui
seekor cacing yang sedang merayap di atas tanah.
Malaikat Jibril AS bertanya kepada si cacing, "Wahai cacing kecil apakah kamu senang telah dijadikan Allah SWT sebagai seekor cacing". Si cacing menjawab, " Masya Allah, alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah SWT yang telah menjadikan aku sebagai seekor cacing, dari pada dijadikaan-Nya aku sebagai seorang manusia. Apabila mereka tidak memiliki iman yang sempurna dan tidak beramal sholih ketika mereka mati mereka akan disiksa selama-lamanya".
Pahala Sebanyak Bintang di Langit
Suatu malam Baginda Rasulullah SAW dan istrinya Sayidatina Aisyah r.ha. berdiri di depan rumahnya sambil memandang keindahan langit ciptaan Allah SWT. Sayidatina Aisyah r.ha. bertanya kepada Rasulullah SAW, "Ya Rasulullah SAW, pahala siapakah sebanyak bintang-bintang di langit itu. Di dalam hatinya sayidatina Aisyah r.ha. menebak pahala sebanyak ini pasti pahala bapaknya. "Pahala sebanyak ini adalah pahala sahabatku Umar (r.a.)", jawab Rasulullah SAW. Sayidatina Aisyah r.ha. terkejut, lalu ia bertanya, "ya Rasulullah SAW bagai mana dengan bapakku?". Rasulullah SAW tersenyum kepada istrinya sambil Beliau SAW berkata, ketahuilah istriku, satu hari penghijrahan Abubakar (r.a.) bersamaku pahalanya lebih banyak dari pahala Umar (r.a.) dan keluarganya sampai hari kiamat.
Bidadari untuk Umar r.a.
Umar r.a. adalah salah satu dari sahabat Rasulullah SAW. Semenjak ia memeluk islam kaum muslimin seakan memperoleh suatu kekuatan yang sangat besar. Sejak itulah mereka berani sholat dan thowaf dika'bah secara terang-terangan. Umar r.a. adalah seorang yang waro', ia sangat teliti dalam mengamalkan Islam. Umar r.a. mempelajari surah Al-Baqoroh selama 10 tahun, ia kemudian melapor kepada Rasulullah SAW, "wahai Rasulullah SAW apakah kehidupanku telah mencerminkan surah Al-Baqoroh, apabila belum maka aku tidak akan melanjutkan ke surah berikutnya". Rasulullah SAW menjawab, "sudah..."!. Umar r.a. mengamalkan agama sesuai dengan kehendak Allah SWT. Karena kesungguhannya inilah maka banyak ayat di Al-Qur'an yang diturunkan Allah SWT berdasarkan kehendak yang ada pada hatinya, seperti mengenai pengharaman arak, ayat mengenai hijab, dan beberapa ayat Al-Qur'an lainnya.
Rasulullah SAW seringkali menceritakan kepada para sahabatnya mengenai perjalannya mi'raj menghadap Allah SWT. Beliau SAW sering pula menceritakan bagaimana keadaan surga yang dijanjikan Allah SWT kepada sahabat-sahabatnya. Suatu hari ketika Rasulullah SAW dimi'rajkan menghadap Allah SWT malaikat Jibril AS memperlihatkan kepada Beliau SAW taman-taman surga. Rasulullah SAW melihat ada sekumpulan bidadari yang sedang bercengkrama. Ada seorang bidadari yang begitu berbeda dari yang lainnya. Bidadari itu menyendiri dan tampak sangat pemalu. Rasulullah SAW bertanya kepada Jibril AS, "wahai Jibril AS bidadari siapakah itu"?. Malaikat Jibril AS menjawab, "Bidadari itu adalah diperuntukkan bagi sahabatmu Umar r.a.". Pernah suatu hari ia membayangkan tentang surga yang engkau ceritakan keindahannya. Ia menginginkan untuknya seorang bidadari yang berbeda dari bidadari yang lainnya. Bidadari yang diinginkannya itu berkulit hitam manis, dahinya tinggi, bagian atas matanya berwarna merah, dan bagian bawah matanya berwarna biru serta memiliki sifat yang sangat pemalu. Karena sahabat-mu itu selalu memenuhi kehendak Allah SWT maka saat itu juga Allah SWT menjadikan seorang bidadari untuknya sesuai dengan apa yang dikehendaki hatinya".
Malaikat Jibril AS bertanya kepada si cacing, "Wahai cacing kecil apakah kamu senang telah dijadikan Allah SWT sebagai seekor cacing". Si cacing menjawab, " Masya Allah, alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah SWT yang telah menjadikan aku sebagai seekor cacing, dari pada dijadikaan-Nya aku sebagai seorang manusia. Apabila mereka tidak memiliki iman yang sempurna dan tidak beramal sholih ketika mereka mati mereka akan disiksa selama-lamanya".
Pahala Sebanyak Bintang di Langit
Suatu malam Baginda Rasulullah SAW dan istrinya Sayidatina Aisyah r.ha. berdiri di depan rumahnya sambil memandang keindahan langit ciptaan Allah SWT. Sayidatina Aisyah r.ha. bertanya kepada Rasulullah SAW, "Ya Rasulullah SAW, pahala siapakah sebanyak bintang-bintang di langit itu. Di dalam hatinya sayidatina Aisyah r.ha. menebak pahala sebanyak ini pasti pahala bapaknya. "Pahala sebanyak ini adalah pahala sahabatku Umar (r.a.)", jawab Rasulullah SAW. Sayidatina Aisyah r.ha. terkejut, lalu ia bertanya, "ya Rasulullah SAW bagai mana dengan bapakku?". Rasulullah SAW tersenyum kepada istrinya sambil Beliau SAW berkata, ketahuilah istriku, satu hari penghijrahan Abubakar (r.a.) bersamaku pahalanya lebih banyak dari pahala Umar (r.a.) dan keluarganya sampai hari kiamat.
Bidadari untuk Umar r.a.
Umar r.a. adalah salah satu dari sahabat Rasulullah SAW. Semenjak ia memeluk islam kaum muslimin seakan memperoleh suatu kekuatan yang sangat besar. Sejak itulah mereka berani sholat dan thowaf dika'bah secara terang-terangan. Umar r.a. adalah seorang yang waro', ia sangat teliti dalam mengamalkan Islam. Umar r.a. mempelajari surah Al-Baqoroh selama 10 tahun, ia kemudian melapor kepada Rasulullah SAW, "wahai Rasulullah SAW apakah kehidupanku telah mencerminkan surah Al-Baqoroh, apabila belum maka aku tidak akan melanjutkan ke surah berikutnya". Rasulullah SAW menjawab, "sudah..."!. Umar r.a. mengamalkan agama sesuai dengan kehendak Allah SWT. Karena kesungguhannya inilah maka banyak ayat di Al-Qur'an yang diturunkan Allah SWT berdasarkan kehendak yang ada pada hatinya, seperti mengenai pengharaman arak, ayat mengenai hijab, dan beberapa ayat Al-Qur'an lainnya.
Rasulullah SAW seringkali menceritakan kepada para sahabatnya mengenai perjalannya mi'raj menghadap Allah SWT. Beliau SAW sering pula menceritakan bagaimana keadaan surga yang dijanjikan Allah SWT kepada sahabat-sahabatnya. Suatu hari ketika Rasulullah SAW dimi'rajkan menghadap Allah SWT malaikat Jibril AS memperlihatkan kepada Beliau SAW taman-taman surga. Rasulullah SAW melihat ada sekumpulan bidadari yang sedang bercengkrama. Ada seorang bidadari yang begitu berbeda dari yang lainnya. Bidadari itu menyendiri dan tampak sangat pemalu. Rasulullah SAW bertanya kepada Jibril AS, "wahai Jibril AS bidadari siapakah itu"?. Malaikat Jibril AS menjawab, "Bidadari itu adalah diperuntukkan bagi sahabatmu Umar r.a.". Pernah suatu hari ia membayangkan tentang surga yang engkau ceritakan keindahannya. Ia menginginkan untuknya seorang bidadari yang berbeda dari bidadari yang lainnya. Bidadari yang diinginkannya itu berkulit hitam manis, dahinya tinggi, bagian atas matanya berwarna merah, dan bagian bawah matanya berwarna biru serta memiliki sifat yang sangat pemalu. Karena sahabat-mu itu selalu memenuhi kehendak Allah SWT maka saat itu juga Allah SWT menjadikan seorang bidadari untuknya sesuai dengan apa yang dikehendaki hatinya".
Kecintaan Mu'adz bin Jabal ra pada Rasulullah SAW
Dikisahkan dari Said bin Ziyad dari Khalid bin Saad, bahwa Mu'adz bin Jabal ra telah berkata: "Rasulullah SAW telah mengutusku ke Negeri Yaman untuk memberikan pelajaran agama di sana. Maka tinggallah aku di sana. Pada satu malam aku bermimpi dikunjungi oleh seseorang, kemudian orang itu berkata kepadaku: "Apakah anda masih tidur juga wahai Mu'adz, padahal Rasulullah SAW telah berada di dalam tanah." Mu'adz terbangun dari tidur dengan rasa takut, lalu ia mengucapkan: "A'uzubillahi minasy syaitannir rajim?" Setelah itu ia lalu mengerjakan solat. Pada malam seterusnya, ia bermimpi seperti mimpi malam yang pertama. Mu'adz berkata: "Kalau seperti ini, bukanlah dari syaitan?" Kemudian ia memekik sekuat-kuatnya, sehingga didengar sebahagian penduduk Yaman.
Pada esok harinya orang ramai berkumpul, lalu Mu'adz berkata kepada mereka: "Malam tadi dan malam sebelumnya saya bermimpi yang sukar untuk difahami. Dahulu, bila Rasulullah SAW bermimpi yang sukar difahami, baginda membuka Mushaf (al-Quran). Maka berikanlah Mushaf kepadaku. Setelah Mu'adz menerima Mushaf, lalu dibukanya maka nampaklah firman Allah yang bermaksud:
"Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati pula?" (Az-Zumar: 30).
Maka menjeritlah Mu'adz, sehingga ia tak sadarkan diri. Setelah ia sadar kembali, ia membuka Mushaf lagi, dan ia nampak firman Allah yang berbunyi:
"Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada orang-orang yang bersyukur?" (Ali-lmran: 144)
Maka Mu'adz pun menjerit lagi: "Aduhai Abal-Qassim. Aduhai Muhammad?" Kemudian ia keluar meninggalkan Negeri Yaman menuju ke Madinah. Ketika ia akan meninggalkan penduduk Yaman, ia berkata: "Seandainya apa yang kulihat ini benar. Maka akan meranalah para janda, anak-anak yatim dan orang-orang miskin, dan kita akan menjadi seperti biri-biri yang tidak ada pengembala." Kemudian ia berkata: "Aduhai sedihnya berpisah dengan Nabi Muhammad SAW?" Lalu iapun pergi meninggalkan mereka.
Di saat ia berada pada jarak lebih kurang tiga hari perjalanan dari Kota Madinah, tiba-tiba terdengar olehnya suara halus dari tengah-tengah lembah, yang mengucapkan firman Allah yang bermaksud: "Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati." Lalu Mu'adz mendekati sumber suara itu, setelah berjumpa, Mu'adz bertanya kepada orang tersebut: "Bagaimana khabar Rasulullah SAW? Orang tersebut menjawab: Wahai Mu'adz, sesungguhnya Muhammad SAW telah meninggal dunia. Mendengar ucapan itu Mu'adz terjatuh dan tak sadarkan diri. Lalu orang itu menyadarkannya, ia memanggil Mu'adz: Wahai Mu'adz sadarlah dan bangunlah." Ketika Mu'adz sadar kembali, orang tersebut lalu menyerahkan sepucuk surat untuknya yang berasal dari Abu Bakar Assiddik, dengan cop dari Rasulullah SAW. Tatkala Mu'adz melihatnya, ia lalu mencium cop tersebut dan diletakkan di matanya, kemudian ia menangis dengan tersedu-sedu. Setelah puas ia menangis iapun melanjutkan perjalanannya menuju Kota Madinah.
Mu'adz sampai di Kota Madinah pada waktu fajar menyingsing. Didengarnya Bilal sedang mengumandangkan azan Subuh. Bilal mengucapkan: "Asyhadu Allaa Ilaaha Illallah?" Mu'adz menyambungnya: "Wa Asyhadu Anna Muhammadur Rasulullah?" Kemudian ia menangis dan akhirnya ia jatuh dan tak sadarkan diri lagi. Pada saat itu, di samping Bilal bin Rabah ada Salman Al-Farisy ra lalu ia berkata kepada Bilal: "Wahai Bilal sebutkanlah nama Muhammad dengan suara yang kuat dekatnya, ia adalah Mu'adz yang sedang pingsan. Ketika Bilal selesai azan, ia mendekati Mu'adz, lalu ia berkata: "Assalamualaika, angkatlah kepalamu wahai Mu'adz, aku telah mendengar dari Rasulullah SAW, baginda bersabda: "Sampaikanlah salamku kepada Mu'adz." Maka Mu'adz pun mengangkatkan kepalanya sambil menjerit dengan suara keras, sehingga orang-orang menyangka bahwa ia telah menghembus nafas yang terakhir, kemudian ia berkata: "Demi ayah dan ibuku, siapakah yang mengingatkan aku pada baginda, ketika baginda akan meninggalkan dunia yang fana ini, wahai Bilal? Marilah kita pergi ke rumah isteri baginda Siti Aisyah ra."
Ketika sampai di depan pintu rumah Siti Aisyah, Mu'adz mengucapkan: "Assalamualaikum ya ahlil bait, wa rahmatullahi wa barakatuh?" Yang keluar ketika itu adalah Raihanah, ia berkata: "Aisyah sedang pergi ke rumah Siti Fatimah. Kemudian Mu'adz menuju ke rumah Siti Fatimah dan mengucapkan: "Assalamualaikum ya ahli bait." Siti Fatimah menyambut salam tersebut, kemudian ia berkata,
"Rasulullah SAW bersabda: Orang yang paling alim di antara kamu tentang perkara halal dan haram adalah Mu'adz bin Jabal, ia adalah kekasih Rasulullah SAW."
Kemudian Fatimah berkata lagi: "Masuklah wahai Mu'adz?" Fatimah rha lalu berkata kepadanya: "Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: "Sampaikanlah salam saya kepada Mu'adz dan khabarkan kepadanya bahwa ia kelak di hari kiamat sebagai imam ulama." Kemudian Mu'adz bin Jabal keluar dari rumah Fatimah ha menuju ke arah kubur Rasulullah SAW.
Sifar-sifat
Rasulullah saw
Mengenali
sifat-sifat Rasulullah Muhammad SAW adalah awal penting jika kita serius ingin
mengikuti segala keteladanan beliau. Banyak sekali hadits yang menceritakan
sifat-sifat beliau yang sangat luar biasa. Diantara sifat-sifat beliau tersebut
adalah sebagai berikut:
- Baik hati;
- Jujur;
- Pemalu;
- Lemah lembut;
- Rendah hati;
- Tidak pernah memberatkan orang lain;
- Sangat sederhana;
- Tidak pernah membalas kejahatan dengan kejahatan;
- Suka memaafkan dan merelakan;
- Penuh kasih sayang (baca kisah Rasulullah SAW dan bocah malang)
- Selalu memberi petunjuk;
- Selalu tersenyum;
Referensi:
- Ali bin Abi Thalib (ra) juga meriwayatkan: Rambut Rasulullah lurus dan sedikit berombak. Beliau tidak berperawakan gemuk dan tidak pula tampak terlalu berat, beliau berperawakan baik dan tegak. Warna kulit beliau cerah, mata beliau hitam dengan bulu mata yang panjang. Sendi-sendi tulang beliau kuat dan dada beliau cukup kekar, demikian pula tangan dan kaki beliau. Badan beliau tidak berbulu tebal, tapi hanya bulu-bulu tipis dari dada ke bawah sampai di pusar beliau. Jika beliau sedang berhadapan dengan seseorang, maka beliau akan mengarahkan wajah beliau ke orang tersebut (penuh perhatian). Diantara tulang belikat beliau “tanda” kenabian beliau. Beliau adalah orang yang paling baik hati, orang yang paling jujur, orang yang paling dirindukan dan sebaik-baik keturunan. Siapa saja yang mendekati beliau akan langsung merasa hormat dan khidmat. Dan siapa yang bergaul dengan beliau akan langsung menghargai dan mencintainya. Saya belum pernah melihat orang lain seperti beliau. (Riwayat dari Ali bin Abi Thalib).
- Abu Sa’id Al-Khudri RA mengatakan: “Rasulullah itu lebih pemalu daripada gadis dalam pingitan. Jika beliau tidak menyukai sesuatu, niscaya kami dapat mengetahui ketidak sukaan beliau itu dari wajahnya.” (HR. Al-Bukhari)
- Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu berkata: Seorang laki-laki datang menemui Rasulullah. Beliau mengajak laki-laki itu berbicara sehingga membuatnya menggigil ketakutan. Rasulullah berkata kepadanya: “Tenangkanlah dirimu! Sesungguhnya aku bukanlah seorang raja. Aku hanyalah putra seorang wanita yang biasa memakan dendeng.” (HR. Ibnu Majah)
- Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah ditanya: “Apakah yang dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam rumah?” Ia radhiyallahu ‘anha menjawab: “Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam adalah seorang manusia biasa.Beliau menambal pakaian sendiri, memerah susu dan melayani diri beliau sendiri.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)
- Aisyah radhiyallahu ‘anha menuturkan: Kami, keluarga Muhammad, tidak pernah menyalakan tungku masak selama sebulan penuh, makanan kami hanyalah kurma dan air.” (HR. Al-Bukhari)
- Aisyah radhiyallahu ‘anha menuturkan, “Rasulullah SAW bukanlah seorang yang keji dan tidak suka berkata keji, beliau bukan seorang yang suka berteriak-teriak di pasar dan tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Bahkan sebaliknya, beliau suka memaafkan dan merelakan.(H R. Ahmad)
Rasulullah dan bocah malang
Hari raya Idul Fitri telah tiba. Sejak
pagi-pagi sekali, semua orang sibuk mempersiapkan pesta menyambut lebaran. Kota
Madinah dipenuhi suasana gembira. Waktu pelaksanaan shalat Id semakin dekat.
Tua-muda dengan mengenakan pakaian terbaru mereka pergi menuju lapangan.
Anak-anak turut beserta orangtua mereka, bermain dan bercanda di tempat yang
agak jauh dari orang dewasa. Suasana di sekitar lapangan semakin semarak dengan
aroma wewangian yang melenakan dari pakaian yang melambai-lambai serta
saputangan yang berkibar-kibar ditimpa riuh-rendah suara anak-anak yang tiada
henti.Usai shalat Id anak-anak tampak sibuk mengucapkan selamat lebaran. Ketika Rasulullah SAW hendak pulang, beliau melihat seorang bocah bertubuh kurus memakai baju compang-camping, duduk sendirian di salah satu sudut lapangan sembari melelehkan air mata.
Rasulullah berjalan menghampiri anak tersebut, dengan penuh kasih sayang mengusap pundaknya dan bertanya, “Mengapa menangis, Nak?”
Si anak dengan marah menyingkirkan tangan Rasulullah dan berkata, “Tinggalkan aku sendiri! Aku sedang berdoa.”
Rasulullah membelai rambut bocah itu dan dengan suara yang penuh kelembutan beliau bertanya kembali, “Katakan padaku, Nak! Apa yang terjadi padamu?”
Bocah itu menyembunyikan wajah di antara kedua lututnya, lalu berkata,” Ayahku terbunuh dalam peperangan melawan Muhammad. Ibuku sudah kawin lagi dengan orang lain. Harta benda milikku dijarah orang. Aku hidup bersama dengan ibuku, tetapi suaminya yang baru telah mengusirku pergi. Hari ini semua anak-anak sebayaku bercanda dan menari-nari dengan mengenakan pakaian barunya, tetapi diriku? Aku tidak punya makanan yang kumakan dan tidak pula atap yang melindungiku.”
Air mata Rasulullah mulai menetes. Tetapi beliau mencoba untuk tetap tersenyum sembari bertanya, “Jangan bersedih anakku! Aku juga kehilangan ayah dan ibu saat aku masih kecil.”
Si anak menengadahkan kepalanya dan menatap Rasulullah, ia segera mengenali wajah itu dan ia pun merasa sangat malu. Dengan nada penuh kasih Rasulullah berkata, ” Jika aku menjadi ayahmu dan Aisyah menjadi ibumu, dan Fatimah saudaramu, apakah kamu akan merasa bahagia, anakku?” Si anak mengangguk, “Tentu.”
Rasulullah menggandeng tangan anak malang itu dan membawanya ke rumah. Beliau memanggil Aisyah, “Terimalah anak ini sebagai anakmu.” Aisyah memandikan anak itu dengan tangannya sendiri dan memperlakukannya dengan penuh kasih sayang. Setelah memakaikan pakaian padanya, Aisyah berkata, “Sekarang pergilah Nak. Kamu bisa bermain dengan teman-temanmu, dan bila sudah kau rasa cukup, pulanglah.”
Si anak kembali ke lapangan seraya menari kegirangan. Teman-teman sebayanya keheranan melihat perubahan yang tiba-tiba pada dirinya. Mereka menghampirinya dan menanyakan kisahnya. Si anak malang itu menceritakan semua detail peristiwa yang barusan dialaminya bersama Nabi. Mendengar ceritanya, salah seorang temannya berkata dengan wajah cemberut, “Alangkah bahagianya hari ini bila ayah-ayah kita telah meninggal seperti ayahnya.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar