Khutbah nikah
إِنَّ الْحَمْدَ
لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ
وَنَعُوْذُ بِاللهِ
مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا
مَنْ يَهْدِهِ
اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ
اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ
وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا
النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ
مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا
اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ
رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا
يُصْلِحْ لَكُمْ
أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ.
Hadirin
rahimakumullah, khususnya kedua Mempelai yang diberkahi oleh Allah,
Ketika Nabi
Muhammad SAW menikahkan putri
tercintanya Fatimah az-Zahra, berpesan yang intinya adalah pesan
Taqwa. Kenapa Taqwa? Karena orang yang paling mulia di sisi
Allah adalah orang yang bertaqwa.
إنَّ أَكْرَمَكُمْ
عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu
di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu.” (Q. S. Al-Hujurat : 13).
Taqwa dapat dipahami dengan pengertian yang
sederhana, yaitu menjalani segala perintah Allah dan menjauhi segala yang
dilarang-Nya. Termasuk, perintah melaksanakan
pernikahan, dan menjauhi pergaulan bebas dan perzinahan.
Rasulullah telah bersabda, sesuai dengan hadits
dari Abdullah bin Masud :
يَا مَعْشَرَ
الشَّبَابِ ! مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ , فَإِنَّهُ
أَغَضُّ لِلْبَصَرِ , وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ , وَمَنْ لَمْ
يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ ; فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ.
مُتَّفَقٌ عَلَيْه .
“Wahai para
Pemuda, barangsiapa di antara kalian telah mampu menikah,
menikahlah. Karena sesungguhnya dengan menikah dapat menundukkan
pandangan dan menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu,
hendaklah ia berpuasa, karena sesungguhnya puasa dapat menjadi benteng
baginya.”
Jadi perintah
menikah ini, sekaligus perintah untuk selalu menjaga pandangan dan
menjaga kemaluan, artinya jangan sekali-kali melakukan
perzinahan. Dan perintah menikah ini, tentunya bukan bagi
jejaka saja, tetapi termasuk juga para Duda. Justru kalau
tidak menikah, berarti termasuk kategori orang yang membenci sunnah
Nabi, dan bagi yang membenci sunnah Nabi, maka tidak termasuk
golongan Umatnya.
وَعَنْ أَنَسِ بْنِ
مَالِكٍ { أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم حَمِدَ اللَّهَ , وَأَثْنَى
عَلَيْهِ , وَقَالَ : ” لَكِنِّي أَنَا أُصَلِّي وَأَنَامُ , وَأَصُومُ وَأُفْطِرُ
, وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ , فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي
} مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
Bahwasanya Nabi
SAW setelah memuji Allah dan menyanjungnya, lalu bersabda : “Tetapi aku
sholat dan juga tidur, aku puasa dan juga tidak puasa, dan aku juga
menikahi wanita. Barangsiapa yang membenci sunnahku, maka bukanlah
ia termasuk golonganku.“
Hadirin
rahimakumullah,
Akad Nikah hakikatnya merupakan Janji agung di hadapan
Yang Maha Agung, yang harus dipertanggungjawabkan. Maka hendaknya
janji agung ini kita pegang dengan teguh. Allah telah mengingatkan
dalam Al-Quran S. Al-Isra‘ : 34,
وَأَوْفُوا
بِالْعَهْدِ إِنَّ الْعَهْدَ كَانَ مَسْئُولاً
“Dan penuhilah
janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya.“
Tentu saja
seorang yang membangun mahligai rumah tangga, maka yang menjadi dambaan
dan cita-citanya adalah agar kehidupan rumah tangganya kelak berjalan dengan
baik, dipenuhi mawaddah war-rahmah, sarat dengan kebahagiaan, adanya saling
ta‘awun (tolong menolong), saling memahami dan saling mengerti.
Sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an S. Ar-Rum : 21,
وَمِنْ آيَاتِهِ
أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ
بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
“Dan di antara
tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu pasangan-pasangan dari
jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”
Kondisi
mawaddah war-rahmah tentu saja tidak datang begitu saja, syarat untuk
bisa mencapai mawaddah war-rahmah, salah satunya adalah, hendaknya
suami – istri itu saling melindungi, saling melengkapi dan menutupi
kekurangan pasangan masing-masing. Dalam Al-Qur’an S. Al-Baqarah :
187 Allah berfirman :
هُنَّ لِبَاسٌ
لَكُمْ وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ لَهُنَّ
“Mereka
(istri-istrimu) adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka.“
Dapat kita
pahami, bahwa pakaian berfungsi menutup aurat dan kekurangan jasmani
manusia, jadi demikianlah pasangan suami – istri, masing-masing
pakaian bagi yang lain, artinya mereka harus saling melengkapi,
saling menutupi kekurangan dan aib pasangannya. Demikian juga,
masing-masing harus saling melindungi dari segala permasalahan pasangannya.
Apabila ada
sepasang suami – istri yang saling membuka aib dan rahasia pasangannya,
maka mereka itulah sebenarnya orang-orang yang paling buruk kedudukannya di sisi
Allah kelak pada hari Kiamat. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW,
hadits dari Abu Said al-Khudri :
وَعَنْ أَبِي
سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه
وسلم { إِنَّ شَرَّ النَّاسِ مَنْزِلَةً عِنْدَ اللَّهِ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ ; اَلرَّجُلُ يُفْضِي إِلَى اِمْرَأَتِهِ وَتُفْضِي إِلَيْهِ , ثُمَّ يَنْشُرُ سِرَّهَا } أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ .
“Sesungguhnya
orang yang paling buruk kedudukannya di sisi Allah pada hari Kiamat adalah
seorang laki-laki yang menggauli istrinya dan Istri yang mendatangi
suaminya, kemudian ia membuka rahasia hubungan dengannya.“
Hadirin
rahimakumullah,
Dambaan untuk meraih mawaddah war-rahmah dalam bahtera
rumah tangga hanya akan terwujud apabila Istri yang mendampingi hidupnya adalah
wanita shalihah. Karena hanya wanita shalihah yang dapat menjadi teman
hidup yang sebenarnya dalam suka maupun lara, yang akan membantu dan mendorong
suaminya untuk senantiasa taat kepada Allah Ta’ala. Dia akan
berupaya ta‘awun dengan suaminya untuk menjadikan rumah tangganya bangunan yang
kuat lagi kokoh, yang tidak mudah roboh oleh badai yang menerpanya.
Sabda
Rasulullah SAW :
الدُّنْيَا
مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِهَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ
“Sesungguhnya
dunia itu adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita
shalihah.” (HR. Muslim).
Sabdanya yang
lain : ”Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik perbendaharaan
seorang lelaki? Itulah istri shalihah yang bila dipandang akan
menyenangkannya, bila diperintah akan mentaatinya, dan bila ia pergi, si
istri ini akan menjaga dirinya.” (HR. Abu Dawud).
Akhirnya, saya ingin menyampaikan suatu Doa yang
diajarkan oleh Rasulullah untuk
disampaikan kepada Pengantin :
بَارَكَ اللهُ لَكَ وَبَارَكَ عَلَيْكَ وَجَمَعَ بَيْنَكُمَا فِى
خَيْر
“Semoga Allah
memberkahimu, dan semoga keberkahan atas kamu selamanya, serta menyatukan
kamu sekalian dalam kebaikan.” (HR Abu Daud,
Tirmidzi, Ibnu Majah).
Hendaknya Doa
ini kita panjatkan pada saat selesai Akad Nikah (ijab kabul).
Dan ada satu
Doa lagi yang hendaknya dibaca oleh Orang yang telah mendapatkan pasangan
hidupnya :
اللَّهُمَّ إِنِّي
أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا، وَخَيْرَ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ
شَرِّهَا، وَشَرِّ مَاجَبَلْتَهَا عَلَيْهِ
“Ya
Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu kabaikannya (istriku),
dan kebaikan dari apa yang telah Engkau ciptakan dalam wataknya.
Dan aku memohon perlindungan kepada-Mu dari keburukannya (istriku) dan
keburukan dari apa yang telah Engkau ciptakan dalam wataknya.” (HR Abu Daud).
Demikianlah
khutbah yang saya sampaikan, semoga Allah senantiasa membimbing
kita, agar dalam mengarungi kehidupan ini selalu mentaati
rambu-rambu-Nya. Dan semoga pernikahan kedua mempelai, mendapat
ridha Allah, dan diberkahi oleh-Nya, serta keduanya disatukan dalam
kebaikan, amin.
BY: H. NUR KHAMID, S.HI
NIP. 197810212005011002
PENGHULU MUDA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar