STOP GRATIFIKASI KUA

STOP GRATIFIKASI KUA

Minggu, 07 Juni 2015

KHUTBAH NIKAH (5)



Khutbah nikah
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ  نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ
وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا
مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ  وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ.
Hadirin rahimakumullah,  khususnya kedua Mempelai yang diberkahi oleh Allah,
Ketika Nabi Muhammad SAW  menikahkan putri tercintanya Fatimah az-Zahra,  berpesan yang intinya adalah pesan Taqwa.  Kenapa Taqwa?   Karena orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang bertaqwa.
إنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu.” (Q. S. Al-Hujurat : 13).

Taqwa dapat dipahami dengan pengertian yang sederhana,  yaitu menjalani segala perintah Allah dan menjauhi segala yang dilarang-Nya.   Termasuk,  perintah melaksanakan pernikahan,  dan menjauhi pergaulan bebas dan perzinahan.
Rasulullah  telah bersabda,  sesuai dengan hadits dari Abdullah bin Masud :
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ ! مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ , فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ , وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ , وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ ; فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ.   مُتَّفَقٌ عَلَيْه  .
“Wahai para Pemuda,  barangsiapa di antara kalian telah mampu menikah,  menikahlah.  Karena sesungguhnya dengan menikah dapat menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan.  Barangsiapa yang belum mampu,  hendaklah ia berpuasa,  karena sesungguhnya puasa dapat menjadi benteng baginya.”
Jadi perintah menikah ini,  sekaligus perintah untuk selalu menjaga pandangan dan menjaga kemaluan,  artinya jangan sekali-kali melakukan perzinahan.   Dan perintah menikah ini,  tentunya bukan bagi jejaka saja,  tetapi termasuk juga para Duda.   Justru kalau tidak menikah,  berarti termasuk kategori orang yang membenci sunnah Nabi,  dan bagi yang membenci sunnah Nabi,  maka tidak termasuk golongan Umatnya.
وَعَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ  { أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم حَمِدَ اللَّهَ , وَأَثْنَى عَلَيْهِ , وَقَالَ : ” لَكِنِّي أَنَا أُصَلِّي وَأَنَامُ , وَأَصُومُ وَأُفْطِرُ , وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ , فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي }  مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
Bahwasanya Nabi SAW setelah memuji Allah dan menyanjungnya,  lalu bersabda : “Tetapi aku sholat dan juga tidur,  aku puasa dan juga tidak puasa,  dan aku juga menikahi wanita.  Barangsiapa yang membenci sunnahku,  maka bukanlah ia termasuk golonganku.“
Hadirin rahimakumullah,
Akad Nikah hakikatnya merupakan Janji agung di hadapan Yang Maha Agung,  yang harus dipertanggungjawabkan.  Maka hendaknya janji agung ini kita pegang dengan teguh.   Allah telah mengingatkan dalam Al-Quran S. Al-Isra‘ : 34,
وَأَوْفُوا بِالْعَهْدِ إِنَّ الْعَهْدَ كَانَ مَسْئُولاً
“Dan penuhilah janji;  sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya.“
Tentu saja seorang yang membangun mahligai rumah tangga,  maka yang menjadi dambaan dan cita-citanya adalah agar kehidupan rumah tangganya kelak berjalan dengan baik, dipenuhi mawaddah war-rahmah, sarat dengan kebahagiaan, adanya saling ta‘awun (tolong menolong), saling memahami dan saling mengerti.   Sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an S. Ar-Rum : 21,
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu pasangan-pasangan dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”
Kondisi mawaddah war-rahmah tentu saja tidak datang begitu saja,  syarat untuk bisa mencapai mawaddah war-rahmah,  salah satunya adalah,  hendaknya suami – istri itu saling melindungi,  saling melengkapi dan menutupi kekurangan pasangan masing-masing.   Dalam Al-Qur’an S. Al-Baqarah : 187  Allah berfirman :
هُنَّ لِبَاسٌ لَكُمْ وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ لَهُنَّ
“Mereka (istri-istrimu) adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka.“
Dapat kita pahami,  bahwa pakaian berfungsi menutup aurat dan kekurangan jasmani manusia,  jadi demikianlah pasangan suami – istri,  masing-masing pakaian bagi yang lain,  artinya mereka harus saling melengkapi,  saling menutupi kekurangan dan aib pasangannya.  Demikian juga,  masing-masing harus saling melindungi dari segala permasalahan pasangannya.
Apabila ada sepasang suami – istri yang saling membuka aib dan rahasia pasangannya,  maka mereka itulah sebenarnya orang-orang yang paling buruk kedudukannya di sisi Allah kelak pada hari Kiamat.   Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW,  hadits dari Abu Said al-Khudri :
وَعَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ  قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم   { إِنَّ شَرَّ النَّاسِ مَنْزِلَةً عِنْدَ اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ; اَلرَّجُلُ يُفْضِي إِلَى اِمْرَأَتِهِ وَتُفْضِي إِلَيْهِ , ثُمَّ يَنْشُرُ سِرَّهَا }  أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ   .
“Sesungguhnya orang yang paling buruk kedudukannya di sisi Allah pada hari Kiamat adalah seorang laki-laki yang menggauli istrinya dan Istri yang mendatangi suaminya,  kemudian ia membuka rahasia hubungan dengannya.“
Hadirin rahimakumullah,
Dambaan untuk meraih mawaddah war-rahmah dalam bahtera rumah tangga hanya akan terwujud apabila Istri yang mendampingi hidupnya adalah wanita shalihah.  Karena hanya wanita shalihah yang dapat menjadi teman hidup yang sebenarnya dalam suka maupun lara, yang akan membantu dan mendorong suaminya untuk senantiasa taat kepada Allah Ta’ala.   Dia akan berupaya ta‘awun dengan suaminya untuk menjadikan rumah tangganya bangunan yang kuat lagi kokoh,  yang tidak mudah roboh oleh badai yang menerpanya.
Sabda Rasulullah SAW :
الدُّنْيَا مَتَاعٌ  وَخَيْرُ مَتَاعِهَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ
“Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah.” (HR. Muslim).
Sabdanya yang lain : ”Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik perbendaharaan seorang lelaki?  Itulah istri shalihah yang bila dipandang akan menyenangkannya, bila diperintah akan mentaatinya, dan bila ia pergi,  si istri ini akan menjaga dirinya.” (HR. Abu Dawud).
Akhirnya,  saya ingin menyampaikan suatu Doa yang diajarkan oleh Rasulullah  untuk disampaikan kepada Pengantin :
بَارَكَ اللهُ لَكَ  وَبَارَكَ عَلَيْكَ  وَجَمَعَ بَيْنَكُمَا فِى خَيْر
“Semoga Allah memberkahimu, dan semoga keberkahan atas kamu selamanya,  serta menyatukan kamu sekalian dalam kebaikan.” (HR Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah).
Hendaknya Doa ini kita panjatkan pada saat selesai Akad Nikah (ijab kabul).
Dan ada satu Doa lagi yang hendaknya dibaca oleh Orang yang telah mendapatkan pasangan hidupnya :
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا، وَخَيْرَ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا، وَشَرِّ مَاجَبَلْتَهَا عَلَيْهِ
“Ya Allah,  sesungguhnya aku memohon kepada-Mu kabaikannya (istriku),  dan kebaikan dari apa yang telah Engkau ciptakan dalam wataknya.   Dan aku memohon perlindungan kepada-Mu dari keburukannya (istriku) dan keburukan dari apa yang telah Engkau ciptakan dalam wataknya.” (HR Abu Daud).
Demikianlah khutbah yang saya sampaikan,  semoga Allah senantiasa membimbing kita,  agar dalam mengarungi kehidupan ini selalu mentaati rambu-rambu-Nya.  Dan semoga pernikahan kedua mempelai,  mendapat ridha Allah,  dan diberkahi oleh-Nya,  serta keduanya disatukan dalam kebaikan,  amin.

BY: H. NUR KHAMID, S.HI
NIP. 197810212005011002
PENGHULU MUDA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar