وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ
حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ
لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
“Dan Kami
perintahkan Kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya; ibunya
telah mengandungnya dalam keadaan lemah yanq bertambah-tambah, dan menyapihnya
dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua ibu bapakmu, hanya
kepada-Ku lah kembalimu” (Q.S. Luqman: 14)
Istilah birrul walidain adalah istilah yang
dipakai Rasulullah SAW sebagai disebutkan oleh sahabat Abdullah bin Mas’ud
ketika seorang bertanya kepada Rasulullah saw. tentang amalan apa yang paling
disukai oleh Allah SWT. “Diriwayatkan dari Abu Abdurrahman Abdullah ibnu Mas’ud
r.a.,dia berkata, “Aku bertanya kepada Nabi SAW,
“apa amalan yang paling disukai oleh Allah SWT ?” Beliau menjawab, “shalat tepat pada waktunya”, Aku bertanya
lagi, “kemudian apa ?” Beliau menjawab, “birrul
walidain”. Kemudian aku bertanya lagi, “seterusnya apa ?” Beliau
menjawab, “jihad fi sabilillah”
(Muttat’aqun ‘Alaih)
Birrul walidain terdiri dan kata al birrul artinya kebajikan dan al walidain artinya
dua orang tua atau ayah bunda. Maka, birrul walidain maknanya berbuat
kebajikan kepada kedua orangtua atau berbuat ihsan sesuai dengan
diperintahkan Allah SWT di dalam surah Al Ahqaf ayat 15 : “Kami wajibkan kepada umat manusia supaya berbuat
kebaikan (ihsan) kepada dua orang ayah bundanya”.
Sahabat Abu Umamah r.a. mengisahkan, bahwa
seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW. mengenai peranan kedua orang tua,
yang dijawab oleh Rasulullah SAW, “Mereka (kedua orang tua) adalah yang
menyebabkan surgamu atau nerakamu” (HR. Ibnu Majah).
Sebuah riwayat yang shahih ketika Muawiyah suatu
ketika mendatangi Rasulullah SAW memohonkan agar dapat ikut berjihad bersama
beliau ke medan juang, maka Rasulullah SAW bertanya kepadanya apakah ibunya
masih hidup. Muawiyah rnenjawab bahwa ibunya masih hidup. Rasulullah SAW
kemudian bersabda, “kembalilah ke rumah dan
layani ibumu, karena sorga berada di bawah telapak kakinya” (HR.
lbnu Majah dan Nasa’i)
Di antara perintah Allah mengenai birrul
walidain terdapat di dalam surah Al Isra’ ayat 23 –24. Manakala
diperhatikan firman Allah dalam ayat ini dapat diambil beberapa hal pokok. Pertama,
hak dan kedudukan orang tua (ayah bunda) di dalam Islam memiliki kedudukan
yang mulia, langsung berada di bawah hak-hak Allah SWT. Alquran berulang kali
memerintahkan berperilaku menyenangkan, patuh berbakti kepada ayah bunda.
Selanjutnya, apabila kedua ayah bunda sudah
berusia lanjut, sikap dan perasaan mereka cepat berubah, seperti menjadi mudah
tersinggung, suka marah dan cepat bersedih hati, karena ketuaan usia mereka.
Maka kepada anak-anak mereka diperintahkan agar melihat perubahan perilaku ayah
bunda yang sudah tua renta itu sebagai suatu yang lumrah dan mesti diterima
dengan selalu menampakkan rasa kasih sayang yang tulus sebagai buah dari
keluhuran budi mukmin yang bertaqwa.
Dalam usia lanjut itu, kedua orang tua (ayah bunda)
amat mengharapkan kasih dari anak-anak mereka yang sudah mereka besarkan sedari
kecil. Maka anak-anak mereka dituntut patuh dan senantiasa menyayangi kedua
ayah bunda sebagaimana kasinh sayang kedua orang tua mereka ketika mereka masih
anak-kecil.
Kepada anak-anak dituntut bersikap rendah hati,
sopan, dan patuh terhadap orang tua. Dalam usia ayah bunda sudah lanjut,
hendaknya anak-anak rnelayaninya dengan penuh kepatuhan, semata-mata bersyukur
kepada Allah SWT karena mendapatkan kesempatan melayani orangtua di usia lanjut.
Mestinya disadari bahwa perjalanan hidup anak banyak bergantung kepada
kedua orangtua, walaupun kedua ayah bunda telah merawatnya penuh perhatian
dengan menanggung berbagai penderitaan.
Maka birrul walidain menempati kedudukan
istemewa dalam ajaran Islam. Perintah ihsan kepada ayah bunda
ditempatkan oleh Allah SWT di dalam Alquran sesudah perintah beribadah kepada
Allah dan sesudah larangan menyekutukan-Nya. “Sembahlah
Allah dan janganlah kamu menyekutukan-Nya dengan esuatu pun. Dan berbuat
baiklah kepada dua orang ibu-bapak wabil waalidaini ihsanan… (Q.S. An Al
Isra’: 36)
Allah telah menetapkan perintah berterima kasih
kepada ayah bunda sesudah perintah bersyukur kepada Allah SWT. “Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu.
(Q.S. Luqman:14)
Kemudian, Baginda Rasulullah SAW mengaitkan
keridhaan Allah SWT bertalian dengan keridhaan ayah bunda, sesuai sabda beliau,
“Keridhaan Rabb (Allah) ada pada keridhaan orangtua, dan kemarahan Rabb
(Allah) ada pada kemarahan orang tua” (HR. At Tirmidzi). Demikian pula,
Rasulullah SAW meletakkan ‘uququl walidain (durhaka kepada dua orang ibu
bapak) sebagai dosa besar sesudah al isyraaku billah (syirik).
Maka di dalam mengamalkan ibadah-ibadah di dalam
bulan Ramadhan khususnya, dan juga pada setiap saat, janganlah dilalaikan untuk
berdoa bagi keselamatan dan kesejahteraan kedua ayah bunda, agar Allah SWT
menurunkan rahmatnya untuk kita semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar