Jujur aja nih, kita pantas bertanya:
baik dalam hati maupun teriak keras. Bertanya tentang apa? Lengkapnya bukan
bertanya aja, tapi sekaligus mempertanyakan. Kita harus bertanya: mengapa
begitu banyak temen-temen remaja yang berebut ambil jatah untuk audisi jadi
seleb? Lihat aja, bukan cuma rela berkeringat dan pegal menunggu giliran audisi
KDI dan Indonesian Idol, tapi begitu semangat ketika memamerkan
keahliannya menyanyi—dan tentu bergaya—di depan juri audisi acara tersebut.
Pertanyaan tadi kudu terjawab. Nah,
sebelum menjawab pertanyaan, saya justru ingin mempertanyakan: mengapa audisi
semacam itu yang ditumbuh-suburkan oleh pengelola media massa? Mengapa bukan
audisi untuk berlomba dalam menggapai kehidupan akhirat? Kalo pun ada audisi
dai (Dai TPI dan Pildacil), sayangnya nggak jauh beda dengan
audisi untuk kepentingan entertainment semata. Cuma bungkusnya doang
pake label islami. Ciloko!
Sobat muda muslim, sungguh kita
prihatin banget dengan kondisi seperti ini. Sekadar membandingkan aja dengan
‘perlombaan’ teman-temen remaja untuk ‘audisi’ menjadi bintang di akhirat
kelak. Mereka yang ikut audisi KDI dan Indonesian Idol mau aja
untuk ngantri, berjubel ribuan orang. Buktinya bisa kamu saksikan berita tentang
hal itu di televisi dan baca di media cetak. Iya kan? Tapi nih, untuk
menghadiri majelis-majelis ilmu dan taushiyah yang hadir untuk ‘audisi’ biar
kepilih sama Allah Swt. untuk mendapatkan bekal amal baik di akhirat jumlahnya
nggak seheboh audisi KDI dan Indonesian Idol. Iya nggak seh?
Terus nih, sungguh kita juga kecewa
kok media massa (baik cetak maupun elektronik) seolah bersatu padu untuk
memeriahkan audisi macam KDI dan Indonesian Idol. Iklannya
gede-gedean, dan publikasinya sangat sering. Wajar dong kalo kemudian opini
tersebut mendominasi informasi dan bikin temen-temen remaja kepengen banget
ikutan untuk kepilih. Ya, siapa tahu jadi seleb dadakan di bidang olah vokal
dan olah tubuh—maksudnya menari yang seringnya kalo di KDI jadi murahan
karena memamerkan auratnya. Halah!
Karena dunia lebih menyilaukan
Nah, ini jawaban buat pertanyaan pertama yang ditulis di awal obrolan kita tadi. Dunia memang menyilaukan. Perhiasanya rata-rata menyilaukan dan mempesonakan: harta, tahta, dan tentu ketenaran. Siapa sih yang nggak butuh duit? Siapa pula yang nggak mau punya jabatan? Ehm, angkat tangan kalo ada di antaramu ingin terkenal. Semua orang pasti ingin memiliki harta-tahta-popularitas. Iya kan? Apalagi sekarang ada jalan pintas untuk mendapatkannya. Jadinya ya, sangat wajar kalo ribuan teman remaja berlomba ikutan audisi untuk jadi seleb dadakan. So, niat udah kuat dan kesempatan dapat. Klop.
Karena dunia lebih menyilaukan
Nah, ini jawaban buat pertanyaan pertama yang ditulis di awal obrolan kita tadi. Dunia memang menyilaukan. Perhiasanya rata-rata menyilaukan dan mempesonakan: harta, tahta, dan tentu ketenaran. Siapa sih yang nggak butuh duit? Siapa pula yang nggak mau punya jabatan? Ehm, angkat tangan kalo ada di antaramu ingin terkenal. Semua orang pasti ingin memiliki harta-tahta-popularitas. Iya kan? Apalagi sekarang ada jalan pintas untuk mendapatkannya. Jadinya ya, sangat wajar kalo ribuan teman remaja berlomba ikutan audisi untuk jadi seleb dadakan. So, niat udah kuat dan kesempatan dapat. Klop.
Boys and
girls, dunia memang gemerlap. Siapa pun
pasti terpesona dengan indah dan kerlap-kerlipnya kehidupan dunia. Ini memang
fakta. But, apa karena terpesona dunia, lalu kita nggak pilih-pilih
hiasan dunia itu? Boleh kok menikmati gemerlapnya dunia, asalkan hal itu sesuai
tuntunan ajaran Islam, agama yang kita peluk dan jadikan cara hidup. So,
nggak asal ambil aja. Kita punya patokan untuk menentukan baik-buruk,
terpuji-tercela dan halal atau haram suatu perbuatan menurut ajaran Islam.
Bukan ajaran yang lain. Setuju kan?
Nah, itu artinya dalam hidup ini
kita kudu punya pegangan. Kita wajib tahu dan sadar dari mana kita berasal, mau
ngapain di dunia ini, dan akan ke mana setelah ‘pensiun’ dari dunia ini. Kita
berasal dari Allah Swt. Untuk apa di dunia? Untuk ibadah kepadaNya. Lalu, akan
ke mana setelah mati dan ninggalin dunia ini? Jawabannya, kita akan kembali kepada
Allah Swt. Makanya nih, di keranda jenazah biasanya ditutup kain hijau
bertuliskan: “Innalillaahi wa inna ilaihi roojiuun” (sesungguhnya kami
berasal dari Allah dan akan kembali kepadaNya). Yup, alasan yang paling masuk
akal kenapa di keranda jenazah mesti ditulis seperti itu adalah untuk ngingetin
kita yang masih hidup, bahwa suatu saat kalo ajalnya udah datang pasti menyusul
teman atau saudara yang sedang diusung jenazahnya saat itu. Iya nggak sih?
Kecuali kalo di tempatmu ada orang iseng dengan mengganti tulisan di keranda
jenazah dengan tulisan: “Yang tidak berkepentingan dilarang masuk!” Walah!
Oke, setelah kita tahu dan sadar
soal kehidupan ini, lalu apa yang akan kita lakukan? Tentu, berlomba untuk
memperbanyak amal shalih buat bekal di akhirat kelak dong ya. Itu alasan yang
paling logis, Bro. So, wajar dong kalo kemudian kita berusaha untuk
berlomba dalam kebaikan demi dapetin predikat penghuni surga. Perlu audisi atau
tes juga kelihatannya ya. Surga emang nggak gampang untuk diraih, perlu ketahanan,
kesabaran, semangat, dan yang utama adalah keimanan. Kita siap kan?
Provokasi
media massa
Bro, publikasi acara audisi macam KDI dan Indonesian Idol emang gencar banget. Terutama tentu disyiarkan terus oleh jaringan media yang menjadi penggagas acara tersebut. MNC (Media Nusantara Citra) yang menaungi stasiun televisi TPI, RCTI, dan Global TV, juga menggurita di media cetak dengan bendera koran Seputar Indonesia dan Tabloid Genie terus mengobarkan opini dua program audisi tersebut.
Bro, publikasi acara audisi macam KDI dan Indonesian Idol emang gencar banget. Terutama tentu disyiarkan terus oleh jaringan media yang menjadi penggagas acara tersebut. MNC (Media Nusantara Citra) yang menaungi stasiun televisi TPI, RCTI, dan Global TV, juga menggurita di media cetak dengan bendera koran Seputar Indonesia dan Tabloid Genie terus mengobarkan opini dua program audisi tersebut.
Nah, karena disebarkan via media
massa, maka jelas ada pengaruhnya dong ya. Baik bagi masyarakat secara umum
maupun individu. Budaya massa bisa saja tercipta. So, kalo terus
ditayangkan program pencarian bakat macam KDI dan Indonesian Idol
(dan juga sejenisnya) ini, maka akan membekas dalam benak pemirsanya dan sangat
mungkin menjadi budaya mereka. Ini bisa dibuktikan dengan teori agenda
seting yang digagas Maxwell McCombs dan Donald Shaw. Menurut dua pakar
komunikasi ini, teori agenda seting bisa diliat dari seringnya media massa
‘memilihkan’ topik tertentu bagi pemirsa atau pembaca sehingga mereka menjadi
akrab dengan topik tersebut dan dianggap penting. Iya kan, Bro? Rasakan
buktinya saat ini ya.
Sobat muda, provokasi media massa
juga bakalan menumbuhkan pengaruh kepada individu dan juga masyarakat yang
mengakses opininya. Satu lagi teori yang bisa membuktikan pengaruh dari media
massa adalah teori Spiral of Silence alias spiral kebisuan yang
dikemukakan oleh Elizabeth Noelle-Neuman bisa menjadi dalil bahwa media massa
cukup berpengaruh kepada masyarakat pemirsa atau pembacanya.
Menurut teori ini, individu pada
umumnya berusaha untuk menghindari isolasi, dalam arti sendirian mempertahankan
sikap atau keyakinan tertentu. Itu sebabnya, orang akan mengamati lingkungannya
untuk mempelajari pandangan-pandangan mana yang bertahan dan mendapatkan
dukungan dan mana yang tidak dominan atau populer. Jika orang merasakan bahwa
pandangannya termasuk di antara yang tidak dominan atau tidak populer, maka ia
cenderung kurang berani mengekspresikannya, karena adanya ketakutan akan
isolasi tersebut.
Maka nih, jika media massa secara
agresif dan getol--apalagi itu dilakukan oleh banyak media--dalam nampilin
gambaran tentang prestasi remaja dalam KDI dan Indonesian Idol atau
ajang sejenis, maka pemirsa atau pembaca yang tak ingin terisolasi dari
lingkungannya akan melakukan perintah seperti “apa kata media”. Itulah alasan
mengapa banyak bacaan dan visualisasi tentang audisi jadi seleb, dalam kasus
ini, menjadi terus marak dan mendapat sambutan antusias dari masyarakat secara
luas. Meski tentu tak semua bisa terpengaruh memang. Tapi kita melihat dampak
yang nyata secara umum. Betul?
Siapa mau
ikut ke surga?
Jika ditanyakan kepada manusia, pilih surga atau neraka? Dengan pengetahuan yang seadanya, dengan bekal info minim bahwa surga itu nikmat dan neraka itu menyeramkan, maka dengan lantang pasti akan memilih surga. Tapi, tahukah kita bahwa jalan menuju surga itu sulit dan jalan menuju neraka begitu mudah?
Jika ditanyakan kepada manusia, pilih surga atau neraka? Dengan pengetahuan yang seadanya, dengan bekal info minim bahwa surga itu nikmat dan neraka itu menyeramkan, maka dengan lantang pasti akan memilih surga. Tapi, tahukah kita bahwa jalan menuju surga itu sulit dan jalan menuju neraka begitu mudah?
Dari Abu Hurairah ra., sesungguhnya Rasulullah
saw. bersabda: “Ketika Allah menciptakan surga, Dia berfirman kepada Jibril,
‘Pergi dan lihatlah (surga itu)’. Jibril pun pergi untuk melihatnya. Jibril
kembali seraya berkata, ‘Tuhanku, demi keperkasaanMu, tidak seorang pun
mendengar (tentang surga itu) kecuali dia (ingin) memasukinya’. Kemudian Allah
Swt. mengelilingi (surga) dengan kesulitan-kesulitan (untuk mencapainya) dan
berfirman kepada Jibril, ‘Wahai Jibril! Pergi (lalu) lihatlah (surga itu)’.
Jibril pun pergi untuk melihatnya. (Jibril) kembali seraya berkata, ‘Tuhanku,
demi keperkasaanMu, sungguh aku khawatir tidak seorang pun yang (dapat)
memasukinya’.”
Rasulullah saw. juga bersabda: “Tatkala
Allah Ta’ala menciptakan neraka, Dia berfirman, ‘Wahai Jibril! Pergi (lalu)
lihatlah (neraka itu)’. Jibril pun pergi untuk melihatnya. (Jibril) kembali
seraya berkata, ‘Wahai Tuhanku, demi keperkasaanMu dan kemuliaanMu, tidak
seorang pun mendengar (tentang neraka itu) kecuai ia tidak berkeinginan untuk
memasukinya’. Kemudian Allah Swt. mengelilingi (neraka itu) dengan
keinginan-keinginan syahwati dan berfirman kepada Jibril, ‘Wahai Jibril! Pergi
dan lihatlah neraka itu’. Jibril pun pergi untuk melihatnya. Kemudian ia
kembali dan berkata, ‘Wahai Tuhanku, demi keperkasaanMu dan kemualiaanMu, sungguh
aku khawatir bahwa tidak akan tersisa seorang pun kecuali akan memasukinya’.”
(Dalam penjelasan kitab Sunan Abu Daud, hlm. 13-14)
Surga dan neraka adalah ibarat
ganjaran bagi orang yang lulus ujian (semacam audisi kali ye?). Oya, perlu
ditekankan bahwa hidup di dunia ini setiap detiknya adalah ujian. Ujian yang
hasilnya akan dipertanggung-jawabkan di hadapan Allah kelak di akhirat. Itu
artinya, setiap hari kita harus menerima dan mengatasi berbagai ujian yang
diberikan oleh Allah Swt.
Jangan bayangkan bahwa ujian selalu
hal yang pasti sulit dan menderita, adakalanya ujian yang diberikan Allah Ta’ala
justru kita rasakan sebagai nikmat dan istimewa. Memang benar, ujian yang
mendera kita berupa rasa sakit dan kesulitan ekonomi seringkali membuat kita
harus lebih banyak bersabar dan berdoa untuk tidak terjerumus ke dalam
kemaksiatan dan kekafiran. Tapi, jangan bayangkan pula jika kita diberikan
kesehatan, kekayaan, ketenaran, dan kekuasaan adalah semata sebagai
kebahagiaan, karena sejatinya itu juga merupakan ujian dari Allah. Sebab, siapa
tahu sehat tapi nggak bersyukur kepada Allah Swt., kaya raya tapi kikir, tenar
tapi merendahkan orang lain, berkuasa tapi dzalim. Iya nggak?
Ini kian meneguhkan bahwa selama
kita masih hidup, ujian akan datang menghampiri kita selama itu. Karena hidup
itu sendiri adalah ujian. Tinggal bagaimana kita menyikapinya dan menjadikan
kehidupan ini lebih bermakna berlandaskan keimanan kepada Allah Swt. Dzat yang
telah menciptakan kita dan seluruh alam ini, termasuk surga dan neraka.
Oke Bro, pertanyaannya sekarang, ada
yang mau ikut audisi penghuni surga nggak? Kalu mau ikut audisi penghuni surga,
maka dalam setiap kehidupan kita pastikan selalu dalam koridor syariat Allah
Swt., yakni Islam. Bukan yang lain. Landasan berbuat kita adalah halal-haram
menurut ajaran Islam. Penilaian kita terhadap suatu perbuatan apakah baik-buruk
atau terpuji-tercela juga wajib mengikuti aturan baku yang ditetapkan Islam.
Bukan yang lain. Tolong dicatet baik-baik ye. Makasih.
Sobat, syaratnya insya Allah mudah
saja kalo pengen berhasil dalam ‘audisi’ penghuni surga. Pertama, beriman
kepada Allah Swt. Kedua, berilmu agar bisa membedakan mana yang salah dan
benar—baik ilmu agama maupun ilmu umum. Ketiga, beramal baik. Keempat
berdakwah, yakni melakukan amar ma’ruf (mengajak kebaikan) sekaligus nahyi
munkar (melarang kemungkaran) baik melalui lisan maupun tulisan dan sarana
lainnya. Kelima, ikhlas dalam setiap amal kita. Itu aja dulu ye.
Oke deh, semoga kita menjadi para penghuni
surgaNya kelak. Yuk, mulai sekarang kita cintai Islam, pelajari, pahami, dan
amalkan ajarannya. Jangan lupa semarakkan syiarnya dengan dakwah. Jangan kalah
dengan syiar yang miskin manfaat apalagi syiar yang udah jelas maksiat kepada
Allah Swt. Hidup kita di dunia ini cuma sekali dan sementara pula, Bro. Waktu
kita makin berkurang setiap detik, maka mari berlomba dalam kebaikan untuk
mendapat ridhoNya. Siap?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar